Meskipun begitu, Aradea mengingatkan bahwa pada tahap awal, Satelit Satria 1 tidak dapat langsung melayani 37.000 titik desa di Indonesia. Proyek ini akan dilakukan secara bertahap selama dua tahun, dengan pembangunan 20-25 ribu titik dalam setahun.
“Tahap awal ini akan memprioritaskan layanan internet dari Satria 1 ke wilayah barat. Saya kaget melihat bahwa wilayah Indonesia bagian barat ternyata lebih membutuhkan jaringan internet, terutama di daerah pesisir Sumatera yang masih minim akses internet di sekolah-sekolahnya,” ungkap Aradea dengan semangat.
Tidak hanya pendidikan, tetapi juga sektor kesehatan dan fasilitas lainnya masih kekurangan akses internet, terutama di wilayah barat dan tengah Indonesia.
Aradea mengakui bahwa wilayah Indonesia timur juga belum sepenuhnya terjangkau oleh internet, namun, perhatiannya lebih difokuskan pada bidang pertahanan untuk membantu administrasi Polri-TNI yang membutuhkan dukungan teknologi ini.
Sebelumnya, Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi telah melakukan uji coba langsung melalui panggilan konferensi video, memastikan bahwa akses internet menggunakan jaringan SATRIA-1 dapat digunakan dengan baik di berbagai lokasi, termasuk wilayah yang jauh dan terpencil.
“Dari Jayapura bagaimana sinyalnya oke? Terus dari daerah mana lagi? Dari Jayapura bagus ya? Dari Kupang? Mana lagi yang jauh, dari pulau-pulau? Dari Manokwari bagaimana? Ini masih tes ya bu Indah, bu Dirut?” ujarnya melalui konferensi video dari Kantor Kementerian Kominfo, Jakarta Pusat, pada Kamis (07/12/2023).
Hasil uji coba ini memastikan bahwa SATRIA-1 berhasil terkoneksi dengan jaringan internet dan siap digunakan untuk kebutuhan telekomunikasi jarak jauh. Tahapan uji coba integrasi ini dilaksanakan setelah peluncuran SATRIA-1 pada Juni 2023 lalu yang berjalan sukses. Pada November 2023, SATRIA-1 telah menempati orbit 146 Bujur Timur (BT).